Sebelum
mengenal tulisan, kebudayaan barat terlebih
dahulu mengenal gambar-gambar
arkais seperti gambar binatang buruan, manusia, serta aktivitasnya. Gambar-gambar tersebut terdapat di
gua-gua seperti yang terdapat dorgone
spanyol. Di indonesia bagian timurpun terdapat gambar-gambar arkais, misalnya di kalimantan,
kepulauan kai,
seram, teluk triton, dan beberapa tempat di
Sulawesi selatan. Demikianlah cara
manusia dahulu mengekspresikan diri sebelum mengenal tulisan. Gambar-gambar tersebut diperkirakan berasal
dari masa 18.000-7.000 SM. Mereka
memanfaatkan gua-gua,
dan karang
untuk perlindungan dan tempat istirahat, pola ini oleh ahli prehistori disebut dengan abris sous rosches (tempat perlindungan
dibawah karang dan atau gua).
Gambar-gambar yang umumnya terdapat dipemukiman itu memperlihatkan pada kita
bahwa terdapat nilai ekspresi dari aktivitas manusia dahulu yang ini sekaligus
menandai periode klasik.
Adapun tulisan, mulai dikenal
sejak beberapa ribu tahun SM, orang mesir sudah menggunakan huruf hieroglif dengan
simbol-simbol. Alfabet pertama
ditemukan di selatan palestina dan semenanjung sinai huruf tersebut diciptakan
oleh orang-orang
funisia dan biblos sekitar abad 19 SM.. Akan
tetapi penemuan prasasti di dekat latakhiyeh daerah ugarit lama membuktikan
bukan orang funisia yang pertamakali menemukan alfabet fonetis melainkan orang
semit. Orang yunani kemudian menyempurnakan alfabet tersebut dan menyebarkannya
ke eropa barat melalui orang romawi dan ke timur melalui byzantium. Seiring
dengan perkembangan menulis, penyediaan teknologi
sarana tulisan terus berkembang, kertas yang pada
awalnya terbuat dari sutera dan bubur pohon murbei pertamakali ditemukan di
cina pada awal abad pertama masehi. Kertas
linen modern baru muncul sekitar tahun 1250.
Para ilmuan berpendapat, sebelum
konsep matematis tentang waktu ditemukan, terlebih dahulu konsep waktu diciptakan
dari kesadaran pengulangan-pengulangan
alam atau peristiwa-peristiwa sosial
untuk menentukan hari-hari
sakral. Kalender yang paling sederhana adalah yang didasarkan pada bulan (lunar
calendar), Tahun matahari dipergunakan oleh orang mesir dan meksiko yang kemudian
dijadikan kalender modern. Pada tahun 46 S.M. Julius Caersar memperkenalkan tahun matahari
kepada bangsa romawi. Sedangkan di
wilayah-wilayah berpenduduk islam dipergunakan pula kalender hijriyah yang
tahun pertamanya
jatuh pada perhitungan bulan dimulai pada 15 juli 622 Masehi. Dalam hal
periodisasi, orang-orang
mesir menggunakan tahun-tahun terjadinya peristiwa
besar sebagai kerangka kronologi untuk mengidentifikasi sejarah, sedangkan
orang babylonia membuat kronologinya mengacu
pada daftar raja-raja
yang memerintah.
Historiografi yang akar katanya berasal dari bahasa yunani yakni historia
(penyelidikan) dan grafein (gambaran). Istilah ini sudah lama dipakai oleh
orang, misalnya oleh Hecataeus yang menggunakan kata tersebut untuk menyebut
hasil penelitiannya tentang gejala alam, juga herodotus yang melukiskan latar
belakang geografis dalam karyanya mengenai peperangan orang persia. Pada bahasa
inggris kemudian dikenal istilah historiografi
yang didefinisikan a history of
historical writing (sejarah penulisan sejarah).
Penulisan
sejarah mengalami perkembangan setiap masanya, dan memiliki perbedaan
tergantung daerah serta kebudayaan setempat. Pada masa lampau, seorang
sejarawan memiliki fungsi untuk menafsirkan dan meneruskan tradisi bangsanya. Dan karenanya akan mempengaruhi terhadap fungsi, ciri,
serta isi dari historiografi. Dalam perkembangan
historiografi di barat, terdapat beberapa kemajuan. Pertama, ketika oleh Jean
Mabilon (pionir kritik eksternal) melalui kritik teks yang menekankan
otentisitas sumber sejarah, mengingat saat itu penulisan sejarah dianggap
kurang memperhatikan otentisitas sejarah, terutama sejarah abad pertengahan
yang mengandalkan otoritas sumber-sumber gereja. Kedua, ketika Leopold Von
Ranke (pionir kritik internal) yang mengemukakan tentang keharusan menulis
sejarah sebagaimana peristiwa itu terjadi. Ranke menunjukan bahwa hal-hal yang
bersifat irasional harus disingkirkan sehingga menjadi sebuah historiografi
yang ilmiah,
ini sekaligus dianggap sebagai
loncatan besar dalam penulisan sejarah, ranke ingin menunjukan bahwa sejarah ialah
sebuah ilmu. Ketiga,munculnya socio scientific approach yang
melibatkan ilmu-ilmu
sosial kedalam ilmu sejarah,
Mazhab Anales dengan
tokohnya Marc bloch dan Lucian febvre dapat dikatakan sebagai pionir dalam
penelitian sejarah yang bersifat multidemensional tersebut.
Selanjutnya,
peran sejarawan jerman Karl Lamprecht yang menghendaki perluasan studi sejarah
mencakup kajian ekonomi dan budaya. Penggunaan metode kuantitatif dalam
analisis sejarah seperti yang dipergunakan lamprecht dan sejarawan-sejarawan jerman selanjtunya
akan memperkuat sejarah sebagai suatu
disiplin ilmu. Disamping itu, aliran new
history yang dimotori James Robinson semakin menegaskan bahwa penggunan
ilmu-ilmu sosial untuk analisis
sejarah memang tidak bisa dihindarkan.
Sebagaimana halnya sosiologi sebagai disiplin ilmu yang ditegakan oleh
tokoh-tokoh terkemuka macam Emile Durkheim, August Comte, dan Talcon
Parson.
No comments:
Post a Comment